Mahasiswa asal AS yang menjadi peserta “US-Indonesia Partnership Program” (USIPP) 2014 mengagumi toleransi beragama di Indonesia.
“Saya sendiri hidup di negara bagian AS yang mayoritas Kristen, tapi saya terkesan negara yang mayoritas Muslim ini bisa hidup damai dengan pemeluk agama Hindu, Buddha, dan Kristen,” kata mahasiswa University of Michigan, Abraham Rinck, di Surabaya, Rabu petang.
Ditemui di sela-sela penyambutan 14 mahasiswa peserta USIPP 2014 di rumah dinas Konsul Jenderal AS di Surabaya Joaquin Monserrate, ia mengakui toleransi beragama itu dilihatnya sendiri di Yogyakarta yang memiliki Borobudur (Buddha) dan Prambanan (Hindu).
“Saya juga melihat antusiasme masyarakat terhadap proses demokrasi (pilpres) di sini yang lebih besar daripada di negara saya sendiri. Saya sempat bertemu dengan rombongan Jokowi di Yogyakarta (menjelang pertemuan Capres Jokowi dengan Sri Sultan),” katanya.
Dirinya menyaksikan Indonesia dan Amerika sebenarnya tidak banyak berbeda, bahkan perbedaannya mungkin tidak banyak, padahal keduanya berada di ujung dunia yang berbeda. “Saya senang, saya cocok dengan cuaca di sini,” katanya.
Pengalaman yang menarik juga diungkapkan mahasiswi semester 6 dari Prodi Bahasa Inggris di Universitas Indonesia (UI), Sisilana DM Poyk, yang berdarah Kupang (NTT) dan Klaten (Jateng) itu.
“USIPP itu program yang menarik, karena kita mengenal keberagaman AS dan AS mengenal keberagaman kita bukan dari buku atau cerita orang, tapi kita mengalami sendiri keberagaman yang ada dalam kehidupan secara langsung,” katanya.
Dari pengalaman hidup itulah, ia mengakui pandangannya tentang AS berubah.
“Stereotype saya tentang Amerika berubah. Dulu, saya menganggap orang Amerika itu tidak peduli dengan agama, tapi setelah mengenal mahasiswa Amerika secara pribadi, ternyata mereka juga masih kuat dalam beribadah,” kata pemeluk Kristen Protestan itu.
Ke-14 mahasiswa yang didampingi empat dosen itu berasal dari enam universitas yakni UI, UGM, Unair, University of Michigan, Lehigh University, dan Goucher College. Mereka berada di Indonesia (Jakarta, Yogyakarta, Surabaya) pada 31 Mei hingga 16 Juni, lalu ke AS untuk kunjungan serupa selama dua minggu pula.
Di Jatim, belasan mahasiswa itu akan melakukan serangkaian kunjungan hingga 16 Juni mendatang yakni ke Malang (Klenteng di Kawi), Pasuruan (Pesantren Al Yasini), dan Surabaya (Konjen AS, Taman Bacaan di Penjaringan, kelas spesial di Unair).
Leave a Comment